7/3/13

Why Should She, God?

Memang selayaknya hidup,
bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Namun aku sebaliknya. Setelah aku puas melayang-layang di udara, aku dihempaskan begitu saja ke tanah. Sakit. Siapa bilang jatuh itu tidak sakit? Semua yang namanya 'jatuh' itu pasti sakit. Apalagi jatuh cinta. Kita harus terjatuh dulu untuk mendapatkan cinta. Kita harus merasakan namanya terluka ketika jatuh cinta. Mengapa cinta begitu menyakitkan?

Aku membenamkan badanku di kasur.
Mengambil nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. Bulu kuduk ku berdiri geli. Wajahku lemas, tak ada lengkungan yang tercermin pada bibirku. Aku memejamkan mataku dan mulai bermain di dunia tak bercahaya, hatiku bertanya-tanya mengapa. Mengapa semua ini harus terjadi, Tuhan? Tak ada reaksi apapun dalam kegelapan ini. Yang ada hanya suara hatiku yang selalau bertanya-tanya mengapa.

Beberapa jam yang lalu, aku berusaha mencari tahu kata kunci apa yang dia gunakan untuk mengunci salah satu account social media-nya ini, tanganku menggelitik memaksa mencari tahu. Entah ini rasa apa, mengapa rasa penasaran ini datang tiba-tiba? Aku tak menemukan jawabannya.
Ku ketik kan alamat e-mail yang aku yakinkan bahwa itu adalah alamat e-mail yang dia gunakan, selanjutnya kumasukan kata kuncinya, asal. Dan, gotcha! Terbuka! Aku tak berpikir panjang, aku langsung mengarah pada ruang chattingnya. Dipaling atas pada ruang chatting tersebut tertera nama wanita, yang disebut-sebut pada banyak mulut wanita tersebut sedang dekat dengannya.

Degupan jantungku semakin kencang, kursor ku gerakkan dan ku klik pada nama wanita tersebut.

Kata-katanya begitu manis dan romantis. Perhatiannya tak pernah habis. Sewajarnya seorang pria sedang mendekati seorang wanita, dia memperlakukan wanita itu seakan 'kita-ini-ada-apa-apa' padahal 'kita-ini-tak-ada-apa-apa'.
Kenyataannya memang pahit. Dulu aku yang mendapatkan kata-kata manis itu, dulu aku yang mendapatkan perhatiannya yang romantis itu, dulu aku yang selalu mendapatkan emoticon konyol yang menghiasi setiap chatku bersamanya. Dan aku baru sadar, itu dulu.

Mengapa harus wanita itu, Tuhan?
Pertanyaan itu melayang-layang diatas otakku. Tuhan, tolong bangunkan dia dari tidur yang lelapnya. Beri tahu kepadanya, bahwa wanita yang dipujanya saat ini adalah wanita yang bisa mengecewakannya. Tuhan, sadarkan dia, wanita yang ada dalam mimpinya hanya ingin menyakitinya.
Tuhan, jika pesanku tak tersampaikan kepadanya, tak apa, aku masih akan menunggu dia terbangun dari tidurnya dan tersadar bahwa aku sudah terlalu lama berdiri disini.

Aku membuka mataku, dan pertama kali yang aku lihat adalah makhluk biru yang duduk manis di kasurku. Senyumannya tak terlihat karena tertutup hidung besarnya. Pipiku basah, aku menutup mulutku dan melempar benda itu dari kasurku.