7/18/13

Atas Nama Cinta

Hari ini tak ada kata-kata semangat yang keluar dari bibirku. Kuletakkan jemariku pada keyboard berisi huruf-huruf saksi bisu yang akan mewakili perasaanku saat ini. Aku menatap nanar layar komputerku, mataku mendung. Ada yang terbendung dalam kelopaknya. Ruangku sepi, bukan mereka tak mau menemani, hanya aku saja yang menghindar ingin menyendiri. Mereka memaksaku untuk bercerita, namun aku bungkam. Suatu hal bernama tulisan selalu mampu membuatmu jujur setidaknya pada dirimu sendiri. (ini @mas_aih)


Aku selalu berusaha untuk hubungan kita, menelan semua pahit manis cinta dan menjunjung tinggi sebuah rasa. Rasa yang membuatku sampai saat ini masih bisa bertahan dalam gelombang cinta yang membuatku mual.
Aku belajar dari masa lalu. Masa lalu yang pernah mengukirkan kata jenuh dalam lubuk hatimu yang tak pernah kau sampaikan padaku. Sama sepertiku, kau telan semua pahit manisnya rasa, atas nama cinta. Namun aku benci. Benci pada masa lalu yang sempat membuatkanku jarak antara aku dan kau. Dan kini aku mendapatkan kesempatannya, kesempatan memperbaiki ukiran kata jenuh dalam lubuk hatimu yang sudah menjadi belenggu dalam jiwamu.
Beribu alasan yang kau keluarkan dari bibir manismu seakan membuatku terlihat bodoh dibohongimu. Datang dan perginya kamu dalam hidupku seakan kau sengaja menarik ulur hatiku. Tak apa, setidaknya aku pernah merasakan rasanya menjadi kamu yang dulu.

Semua pikiran buruk yang menghantui kepalaku membuatku menebak-nebak sedang apa kamu disana. Aku terjebak dalam lamunanku sendiri. Aku sedang menghadapi sebuah jarak. Jika jarak ini bisa kuhabiskan dengan berlari dan mengayuh, akan aku lakukan. Namun bukan jarak seperti itu yang sedang kuhadapi.. Jarak semu, antara cinta atau tidak sama sekali.
Namun tak apa, aku terlihat bodoh untuk menghargai ketulusan rasa ini. Dan atas nama cinta, aku rela bertarung pada ombak yang seakan menarik ulurku untuk berhenti sampai disini saja. Ini alasannya mengapa aku bertahan sampai saat ini. Karena aku ingin merasakan rasanya ditiadakan, seperti dulu aku meniadakanmu.
Maaf bila aku membuatmu penat, karena semua kulakukan hanya untuk memendam hasrat. Maaf bila aku membuatmu riskan, aku hanya ingin mencintaimu tanpa alasan. Maaf bila aku membuatmu ragu, karena semua kulakukan hanya untuk menghargai ketulusanku.

Dan jika kita harus berpisah, aku tak berhak untuk menangisimu. Terimakasih, telah mengajarkanku bagaimana menjadi diri orang lain.