12/26/12

LDR Part-1

Ditemani rintikan hujan, saya mulai mengetik dengan backsound: Bruno Mars - Long Distance. Mendengar judul lagunya mungkin kalian sudah mengerti bahwa saya sedang dalam keadaan galau. Ya, galau. Saya rasa galau tidak datang dengan sendirinya, tapi otak kita yang sudah men-setting untuk galau. Mungkin otak saya tertuju pada satu pemikiran, yaitu dia, dan pikiran saya berkembang kemana-mana. Membuat saya mengingat kepadanya dalam keadaan melow dan jadi galau.

Entah ini hukum karma atau bagaimana.
Dulu, saya sering membully para pelaku LDR diluar sana. Saya bilang:
"Yakin gak yang diluar sana itu dalam keadaan aman dengan satu hatinya? Nanti pas waktunya ketemuan hatinya udah bercabang lagi.."
Dan setelah berkata seperti itu, saya diberikan Tuhan sesosok makhluk yang kini menjadi pendamping saya, tapi dia berada jauh. Dan akhirnya saya menjalani hubungan jarak jauh dengannya.
Rasa takut itu selalu menggerayangi pikiran saya, merasuki dan memperalat otak saya, dan membuat saya terdiam sejenak sambil berkata dalam hati, 'bagaimana jika'. Terlalu banyak kata 'bagaimana jika' didalam memori otak saya, dan yang paling saya takuti adalah kata 'Bagaimana jika.... Ketika saya terbangun dari tidur saya, saya tidak dapat merasakan lagi rasa cinta yang pernah dia berikan kepada saya.'

Saya tau, yang dibutuhkan para pelaku ldr itu hanya 'kesabaran, kepercayaan, dan kesetiaan'. Setelah itu, saya tinggal bertawakal. Tapi rasa 'takut' itu selalu menghampiri saya. Entah saya yang terlalu takut, atau rasa sayang saya kepadanya terlalu besar. Saya tidak tau.
Mungkin kata-kata Bruno benar. It's so hard, it's so far, this long distance is killing me. Bedanya bukan jarak yang membunuh saya, tapi rindu yang membunuh saya.