1/28/13

Akhir Penantian


Aku tak pernah bisa mengetuk palu tentang ini siapa yang salah.
Ini soal hati, dan hati tidak pernah bisa dipungkiri.
Mungkin aku yang salah, terlalu berharap lebih kepadamu.
Atau mungkin kamu yang salah, terlalu memberikan ku harapan.
Aku tidak tahu.

Berawal dari kebaikan yang kamu berikan kepadaku. Kebaikan itu selalu mengalir untukku, tidak ada habisnya. Lalu kebaikanmu kini berubah menjadi perhatian, perhatian yang lebih dari sekedar teman. Dan aku merasa nyaman dengan kebaikan dan perhatianmu. Kenyamananku kini berubah menjadi kagumnya diriku akan kehebatanmu. Ya, kehebatanmu menjatuhkan hatiku. Seperti pada umumnya, rasa kagumku berubah menjadi cinta.
Dan kini kami bersama, merasakan kenyamanan dan keharmonisan hubungan kami seperti hubungan pada umumnya. Merasakan jantung yang berdegup lebih kencang dari biasanya. Merasakan waktu yang seakan berhenti ketika berada didekatmu. Merasakan menit-menit tanpa kehadiranmu seakan sudah berhari-hari tak bertemu. Merasakan tersiksanya mataku karena tidak bisa melihatmu lebih lama.
Sekarang, kamu meninggalkanku sendirian disini. Menunggumu kembali dari menuntut ilmu dinegeri nan jauh. Didalam surat yang kamu berikan, kamu menjanjikanku harapan akan kembali dengan satu hati, yaitu aku. Saat membaca surat darimu, kubiarkan badanku diterpa angin kencang. Tanpa berselimut baju hangat dan sebuah pelukan darimu, badan mungilku terhempas. Jatuh tak berdaya. Tanpa kata selamat tinggal, kamu meninggalkanku disini. Aku rapuh....tanpamu.

Hanya dengan media surat, kami bisa berkomunikasi. Ya, hanya surat. Bahkan aku tidak pernah tau apakah didalam hatimu masih tertera namaku. Atau bahkan sudah ada nama orang lain yang telah menggantikan namaku di hatinya.
Bertahun-tahun kutunggu kehadiranmu. Jangankan kehadiranmu, kini tak pernah ada pak pos yang mengantarkan surat darimu. Sebenarnya kamu ada dimana? Mata ini sudah tersiksa bertahun-tahun tak melihat senyumanmu.
Dan akhirnya, setelah lama penantianku akhirnya aku mendapatkan lagi surat darimu. Berisi-kan tentang kamu menginginkan kehadiranku disebuah kafe tempat kami pertama bertemu. Aku sumringah. Artinya kini kamu sudah kembali. Tak henti-hentinya aku menorehkan senyuman indah dibibirku.

Saat itu pukul 5 sore, sebenarnya kami janjian jam setengah 6 sore namun aku sengaja datang awal karena aku tidak sabar melihatmu. Aku duduk di kafe itu, menantikan kehadiranmu yang telah bertahun-tahun kutunggu. Aku memainkan jari-jariku, tak sabar merasakan jari-jari ini menyentuh pipimu. Menit-menit yang berlalu seakan sudah berbulan-bulan aku duduk disitu. Kakiku tak berhenti bergoyang, keringatku mengucur setiap melihat mobil berhenti dan memarkirkannya didepan kafe itu. Yang ternyata bukan kamu.

Tak terasa, kini sudah jam setengah 7.
Namun rasanya sama saja. Kaki dan tanganku tak berhenti bergoyang. Aku tahu, dia sudah terlambat 30 menit. Namun apa salahnya menunggu beberapa menit saja untuk orang yang kunantikan hingga bertahun-tahun?
Hujan lebat menemani penantianku. Aku tak akan lelah menanti. Biarkan saja hujan diluar sana bergemuruh, biarkan saja jam dinding menertawakan penantianku, biarkan saja pelayan-pelayan kafe ini memperhatikan setiap gerak-gerikku sedari tadi. Aku tidak peduli.
1 jam 30 menit aku menunggu. Kakiku mulai stabil seperti biasanya, tanganku juga sudah berhenti bergoyang. Sekarang aku hanya bisa memainkan jari-jariku sambil melirik setiap menitnya arlojiku. Dan lagi-lagi pertanyaan itu keluar dibenakku, sebenarnya kamu ada dimana?

Pukul 8 lewat 10 menit, kendaraan berhenti tepat didepan kafe ini. Aku acuh tak acuh, karena aku tahu pasti itu bukan kamu. Hujan diluar sana masih saja membasahi jalanan, mungkin saja kamu terjebak macet karena hujan yang terlalu deras. Kini aku melihat seorang lelaki sedang berjalan dengan seorang wanita. Tangan kanan lelaki itu memegangkan payung dan tangan kirinya menggandeng tangan si wanita. Betapa romantisnya.
Aku bertopang dagu. Aku mulai jenuh dengan penantian ini. Namun seseorang telah memegang pundakku, aku menoleh pelan. Kukira dia adalah pelayan yang ingin menawarkan minuman (lagi) untukku, ternyata itu kamu. Ya, kamu, yang selama ini telah kunantikan. Senyumanku melebar.
"Heeeei!" aku reflek memeluknya. Melepas kerinduanku.
"Uhm, sorry ya udah ngebikin kamu nunggu lama" kata kamu, melepas pelukanku.
"Ng... Gak papa kok.. Ayo duduk.." kata ku melihat kamu yang basah karena air hujan.
"Mmm.. Aku gak bisa lama-lama disini.." kata kamu
"Hah? Maksud kamu?" tanyaku, bingung.
"Aku... Aku..." kamu berhenti berbicara dan menunduk
"Kenapa? Kamu kenapa?" tanyaku
"Aku... Aku.. Ah! Aku gak bisa nerusin hubungan ini. Aku gak bisa sayang sama kamu, aku gak bisa cinta sama kamu. Aku gak bisa mutar waktu kayak dulu lagi, Gish!" kata kamu, aku diam.
"Maafin aku. Aku gak bisa...." lanjut kamu
"Kamu... Apa.. Apa kita gak bisa ngomongin ini secara baik-baik?" kataku
"Gak bisa, Gish! Aku gak bisa! Harusnya kamu ngertiin aku. Aku capek Gish, aku capek!" kata kamu
"Capek? Capek kata kamu? Memangnya kamu abis ngapain? Oh.. Aku tau.. Kamu capek memberikan harapan tanpa kepastian ke aku. Iya kan?" kataku, airmata ku jatuh
"Gish! Ah... Terserah kamulah. Pokoknya aku gak bisa ngelanjutin hubungan semu kayak gini." kata kamu sambil beranjak pergi meninggalkanku sendiri lagi disini. Kamu pergi............bersama wanita itu.

Aku keluar dari kafe itu, dan melihatmu sedang memayungkan seorang wanita berbadan tinggi seperti yang tadiku lihat dari dalam kafe. Mempersilahkannya masuk kedalam mobilmu tanpa sedikit melirikku yang berdiri disini sejak tadi. Aku berjalan dengan tetesan air mata yang membasahi pipiku, dan air hujan yang membasahi seluruh badanku. Aku membiarkan badanku dibasahi air hujan, dan membiarkan angin dingin menerpa badan mungilku.
Penantianku selama ini tak membuahkan apapun. Aku hanya bisa terdiam melihat kamu pergi bersamanya. Semudah itukah kamu melupakan semua yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu bersamaku? Membiarkan kenyamananmu memberikanku harapan. Membiarkan semuanya berlalu bergitu saja seperti tak terjadi apa-apa.
 Ada yang hilang dari perasaanku 
Yang terlanjur sudah kuberikan padamu 
Ternyata aku tak berarti tanpamu 
Berharap kau tetap di sini 
Berharap dan berharap lagi
♬Ipang - Ada Yang Hilang