12/1/11

Story of Aryana Angelina

Aryana Angelina. Anak yang masih duduk dibangku sma ini mempunyai banyak pengalaman. Pengalaman sedih, senang, terharu, duka pernah dia rasakan. Dan dari semua pengalaman itu Aryana belajar untuk menjadi orang yang netral. Netral dalam arti dia tidak terhasut oleh omongan orang. Ternyata menjadi orang netral itu tidak mudah. Aryana harus menghadapi cobaan-cobaan yang tidak mudah untuk anak seusianya.
Aryana mempunyai sahabat, namanya Serra Annastasya panggil saja Serra, Rachelia Amanda panggil saja Rachel, Arinda Putri panggil saja Rinda, dan Fella Reminda panggil saja Fella. Walaupun mereka bersahabat, ada saja anak yang selalu sindir satu sama lain dari belakang. Ini dia kisah Aryana Angelina.
Berawal dari Serra yang selalu ingin dekat dengan Aryana. Setiap langkah Aryana pasti selalu ada Serra. Sampai-sampai Rachel dan Rinda marah ke Aryana, seakan-akan Aryana hanya ingin dekat dengan Serra
"Ciyee, yang udah sombong sama kita.. Main aja sama Serra terus~" sindir Rinda
"Hah? Umm, enggak kok! Sini kalian gabung sama kita" kata Aryana yang sedang duduk berdua dengan Serra
"Sirik aja sih lo!" kata Serra
"Yaudah sih santai aja kali ngomongnya!!" kata Rachel yang ada disebelah Rinda
"Udah udah.. Apaan sih kayak anak tk banget.." Kata Aryana. Akhirnya Rachel dan Rinda pergi dengan muka yang kusut.
"Sirik banget sih sama gue!!" kata Serra
"Udah ah gausah kayak gitu" kata Aryana

Besoknya, Rachel, Rinda dan Aryana berbincang-bincang
"Lo mau aja temenan sama Serra?!" kata Rachel
"Tau! Serra kan anaknya sok ngatur!" kata Rinda
"Udah deh mulai sekarang lo kacangin dia aja!! Lagian apa bagusnya sih temenan sama dia!!" Kata Rinda. Aryana hanya membalas dengan senyuman kecut
"Mendingan lo main sama kita aja!" kata Rinda. Karna kuping Aryana sudah mulai panas, Aryana pun mencari alasan untuk meninggalkan Rachel dana Rinda "Umm.. Guys, gue keatas dulu ya. Ada urusan sebentar" kata Aryana sambil beranjak pergi. Saat sedang berjalan..
"WOI!" kata seseorang yang mengagetkan Aryana
"Hah?!" Aryana kaget, dia langsung menengok ternyata Fella "ngagetin aja lo Fel!" kata Aryana
"Hehe, darimana lo? Abis ngumpul sama anak yang kebanyakan konflik itu ya?" kata Fella
"Hah? Anak banyak konflik?" kata Aryana bingung
"Iya! Serra, rachel sama Rinda! Mereka kan lagi berantem. Kalo gak salah karna cuman masalah sepele doang" kata Fella
"Umm" kata Aryana
"Lo itu cuman dijadiinkorban hasutannya mereka tau!" kata Fella
"Mak.. Maksud.. Lo?" kata Aryana tambah bingung
"Iya.. Lo cuman dihasut sama mereka! Lo liat Serra kan? Jadi ngedeketin lo mulu! Karna dia ada maunya!! Lo liat Rachel sama Rinda kan? Yang sekongkol ngehasut lo supaya satu genk sama mereka! Itu udah biasa kali.. Asal lo jangan sampe kehasut aja.." kata Fella
"Jadi..?" kata Aryana. Fella hanya mengangkat bahu dan berkata "dia gak baik buat lo temenin" kata Fella.
Setelah berhari-hari kemudian, Rachel, Serra dan Rinda sudah baikan dan mulai memainkan mulut tajamnya.
"Eh, si Aryana udah sombong sekarang sama kita!!" Kata Rachel di kantin
"Tau tuh! Udah punya temen baru tuh dia, si Fella!!!" Kata Rinda
"Udah deh!! Ngapain kita ngomongin orang yang udah ngehianatin kita?! Munafik!" Kata Serra
"Ssth.. Anaknya tuh!" Kata Rinda. Aryana lewat sambil menunjukan senyumannya
"Hai :)" kata Aryana. Tidak ada yang mengubris sapaan Aryana
"Nggh.. maaf? Ngomong sama kita ya mbak?" kata Rachel
"Maksud lo apaan Chel, haha-_-" kata Aryana sambil tertawa bingung
"Oh? Lo masih inget sama kita? gue kira udah lupa~" kata Serra
"Hah?" Kata Aryana tambah bingung
"Gimana si Fella?! Enak gak diajak mainnya? pasti masih enakan main sama kita dong, iyakan?!" kata Rinda
"Eh.." kata-kata Aryana terputus
"Lo tuh sekarang jadi kacang lupa kulitnya tau gak?! Kita benci sama lo!!" Kata Rinda
"TAU! Lo tuh berubah Na! Lo gak kayak dulu lagi!!" Kata Serra
"Heh? Maksud lo semua apaan sih?! Gue berubah? Iya gue berubah! Gak jadi tempat sampah lo semua! Lo pikir enak jadi anak yang gak kehasut sama omongan-omongan sinis lo?! Sakit!!" kata Aryana yang mulai meneteskan air mata dan berlari ke kamar mandi. Saat sedang berlari, Aryana menabrak seorang siswa yang sedang membawa buku banyak sekali.
"Eh, sorry sorry gue gak senga.." kata-kata Aryana terputus setelah melihat siapa yang dia tabrak sambil mengambil buku yang jatuh berserakan
"Umm, gapapa kok" kata seorang siswa yang td ditabrak sambil mengambil bukunya yang jatuh
"Ry.. Lo.. Lo Ryan.. Kan?" kata Aryana, siswa yang ditanya tadi hanya mengangguk
"Sorry ya Na, gue gak bisa lama-lama. Harus naro buku ini dulu, lain kali kita ngobrol lagi deh" kata siswa yang ditabrak Aryana tadi, Ryan.
"Umm.. O..Okeyy.." kata Aryana. Ryan meninggalkan Aryana sendirian. Dan Aryana tidak jadi menangis lagi ^^
Saat istirahat, Aryana memilih untuk tetap berada di kelas dan mengobrol dengan anak-anak kelasnya. Namun tiba-tiba Fella menghampiri Aryana
"NA!!" teriak Fella didepan pintu kelas Aryana
"Eh, elo! Apaan sih? Gausah teriak-teriak! Nyantai aja kali" kata Aryana
"GIMANA BISA NYANTAI?! GUE DILABRAK ABIS-ABISAN SAMA GENK LO!!!" kata Fella
"Hah?" Aryana bingung. Fella pun menceritakan semuanya. Serra, Rachel dan Rinda memarahi Fella yang sudah berani merebut Aryana dari mereka "Terus lo apain apa ke mereka?" tanya Aryana
"Gue tampar tuh anak!!" kata Fella
"Eh?! Parah lo!" Kata Aryana
"Ya enggaklah! Gue bilang aja kalo lo emang ud males main sama mereka!" kata Fella
"Oh" kata Aryana singkat. Akhirnya mereka pun mengobrol cukup lama, sampai akhirnya Aryana teringat Ryan lagi
"Eh, lo kenal Ryan gak?" tanya Aryana
"Hmm.. Ryan? Ryan, apa nama panjangnya?" kata Fella
"Ryan Azriel"
"Hah? Dia sekelas sama gue nek -_-" kata Fella
"WHAT?! SEKELAS?!" kata Aryana
"Yomaann.. Kenapa emang?" tanya Fella
"Ngg.. Gapapa sih -_-" kata Aryana. Tiba-tiba bel berbunyi dan Fella pun kembali ke kelasnya.

Sepulangnya dari sekolah, Aryana langsung ke kamarnya yang serba biru itu. Dia membiarkan tubuhnya terlentang di atas kasur empuknya. Dan Aryana pun tertidur. Pulas. Sangat pulas. Sampai handphone'nya bergetar.. "Ngghh.." keluh Aryana sambil meraba-raba kasurnya bermaksud mencari handphone'nya. Setelah mendapatkan handphone'nya, Aryana melihat layar handphone'nya itu, tertulis nama Fella Reminda. Segera Aryana mengangkat telponnya dan masih dengan posisi tiduran
"Ha.. Hal.. Haloo..?" kata Fella
"Apaan Fel.." kata Aryana
"Umm ini bukan Fella" kata Fella
"Ngg" kata Aryana yang masih tidak mengerti apa yang dibilang orang yang menelponnya
"Ini gue. Ryan" kata orang diseberang telpon sana
"HAH?!" Aryana lompat dari kasurnya
"Iyaa.. Gue Ryan. Ryan Azriel-.-" kata anak yang mengulang namanya, Ryan.
"Oh.. Umm.. Eh? Ada apa ya?" kata Aryana mulai salting
"Enggak. Fella sama gue ngajak lo jalan, mau ikut gak?" kata Ryan
"Ohehe. Boleh boleh" kata Aryana
"Oke. Jam 5 gue jemput lo ya!" kata Ryan
"Oke" telpon pun terputus. Aryana terlihat gembira sekali. Aryana langsung bergegas mandi dan berdandan semaksimal mungkin untuk nanti sore. Sore ini, Aryana memilih baju dress. Aryana harus membongkar lemarinya dulu untuk menemukan dress kesayangannya itu. Yap, ini dia! Dress merah hati sudah berada di tangan Aryana. Sekarang Aryana tinggal memoles sedikit mukanya dengan make up. Dan.. Yap! Cukup natural.. Aryana memakai sepatu high heels merahnya. Aryana, siap!
Sore harinya. Aryana hanya melihat jam tangan putihnya dan bergumam dalam hati "lamaa... Ayo dong cepeeettt". Jam 5 tepat, rumah Aryana diketuk oleh seseorang "ini dia!" kata Aryana sambil berjalan ke pintu utama.
"Haloo Ry..." kata-kata Aryana terputus setelah melihat siapa yang ada didepan pintu rumahnya
"Elo?" sambung Aryana
"Haiii Naaa.." kata seseorang didepan pintu
"Ngapain kesini?-_-" tanya Aryana
"Ngajak lo jalan lah! Ryan udah ngajak lo kan?" kata seseorang yang entah siapa-.-
"LO?! DIAJAK RYAN?!" kata Aryana yang sontak kaget
"I.. Iyaa.." kata seseorang yang ada didepan pintu rumah Aryana
"Haii Na.." kata seorang lagi, Ryan.
"Ryan? Lo ngajak Fella atau Serra sih?!" kata Aryana. Oh, ternyata Serra!
"Serra lah! Masa Fella!" kata Ryan sambil merangkul Serra
"Terus? Lo.. Kan nelpon gue pake hapenya si..." kata Aryana
"Fella kan? Iya gue minjem! Pulsa gue abis soalnya" kata Ryan. Aryana sempat malas untuk ikut jalan dengan Ryan dan.. Serra!
Oke. Mereka tetap jadi jalan. Namun tidak seperti yang Aryana bayangkan. Ryan lebih berpihak ke Serra. Namun Aryana tetap memasang muka senangnya yang padahal menangis hatinya. Ngg. Gue ceritain tentang Ryan dulu deh ya.. Ryan tuh mantannya Aryana. Mereka jadian singkat banget waktunya, cuman 2 minggu. Dan mereka putus karna Ryan yang tiba-tiba punya perasaan sama Serra. Akhirnya mereka loss contact dan sekarang sudah mulai mendekat lagi. Dan apakah Aryana masih memendam rasa ke Ryan? Atau mungkin Ryan yang masih menyimpan rasanya ke Serra? Lanjuttlaaahh ceritanyaa......
"Yan. Gue mau pulang." kata Aryana tiba-tiba
"Hah? Kita baru aja nyampe kali Na.." kata Ryan
"Gue gabetah! Udah ah kalo lo gamau nganter! Gue bisa naik ojek atau angkutan lainnya!" kata Aryana
"Eh.. Jangan! Udah kita jalan aja.. Sebentar aja kok.. Sebentaaarrrr aja. Oke?" kata Ryan memohon
"Ngg. Oke" kata Aryana. Tapi tetap saja Ryan lebih dekat dengan Serra. Aryana merasa disingkirkan. Sampai akhirnya, Aryana baru diajak mengobrol dipertengahan perjalanan.
"Eh, bantuin gue ya?" bisik Ryan
"Apaan?" kata Aryana
"Gue mau nembak Serra, bantuin! Please please please!!" kata Ryan
"H.. Ha.. Hahhh..?" kata Aryana yang masih tidak percaya apa yang barusan dia dengar. Sedikit demi sedikit air mata Aryana keluar "Sorry gue duluan" Aryana berlari kencang dan memberhentikan taxi didepannya. Di taxi Aryana menangis tersedu-sedu, supir taxi pun memasang muka bodohnya "kenapa sih nih embak embak -..-". Aryana pun turun dari taxi. Entah dimana. Yang penting jauh dari keberadaan Ryan dan Serra. Aryana mulai menelusuri jalan yang tambah tidak jelas asal-usulnya. Aryana menyerah. Dia pun menelpon Fella
"Halo Fel?" kata Aryana yang suaranya masih seperti orang habis menangis
"Iya? Eh, bentar-bentar" kata Fella yang sedang berbicara oleh orang disana "halo? Apa Na? Lo kok nangis?" kata Fella
"Sok tau lo!" kata Aryana
"Emang gue tau. Lo nangis kan?" kata Fella
"tau ah!! Pokoknya lo harus jemput gue! Gue gatau dimana ini! Dari arah mall lurus terus sampe mentok! Jemput gue Fel!" Kata Aryana dan langsung mengakhiri telponnya. 30 menit Aryana menunggu, akhirnya fella datang dengan motor merahnya
"Anjrit lo ngerjain gue kali ya?! Jauh banget lo main nyampe sini!!!" kata Fella
"Gue kesasar tau!!" kata Aryana yang mulai menaiki motor Fella. Mereka pun jalan ke rumah Aryana. Sesampainyaaaa.....
"Mampir dulu yuk Fel, mau curhat gue!" kata Aryana
"Umm.. Oke!" kata Fella. Fella pun masuk kekamar serba biru Aryana dan Aryana mulai menceritakan semuanya. Ternyata Aryana memang masih menyimpan perasaan ke Ryan.
"Yaudah, lo ungkapin lah ke Ryan. Biar anaknya tau!" kata Fella ringan
"Susah woy ngejalaninnya!" kata Aryana
"Gausah dibawa susah! Tinggal bilang 'I LOVE YOU' aja suse bat" kata Fella, lagi-lagi dengan ringannya
"Tapi fel..." kata Aryana
"Sssthh.. Udah deh, gausah ngurusin Ryan dulu! Besok gue ada pr, gue pulang duluan ya!" kata Fella sambil mengambil kunci motornya dan beranjak dari kamar Aryana. Dan Aryana pun kembali sendiri lagi. Diam. Merenungi apa yang telat terjadi tadi.
Besoknya di sekolah..
"Aryanaaaaa~" sapa Serra yang tiba-tiba menghampiri ke kelas Aryana
"Hmm. Pasti abis ditembak Ryan sampe seneng kayak gini. Ogah deh dengerin curhatannya!" gumam Aryana dalam hati. "apa?" kata Aryana
"Gue seneeennngggg banget kemaren!" kata Serra
"Yaiyalah lo seneng! Secara gitu lo jalan berdua bareng Ryan sementara gue pulang duluan!!" lagi lagi Aryana bergumam. "Oh" jawab Aryana menutupi kekesalannya
"Mau tau gak kenapa gue seneng banget?" kata Serra
"Adduh Ser, sorry ya! Gue kebelet nkih.. Gue ke kamar mandi bentar ya!" kata Aryana yang mengambil alasan untuk menghindari Serra. Bergegaslah Aryana pergi dari kelas dan berlari ke kamar mandi. Saat dibelokan, Aryana hampir saja tertabrak oleh seseorang
"Eh?! Sorry sorry!" kata Aryana. Saat Aryana mengangkat kealanya, yang dilihat adalah Ryan. Ya. Ryan yang dia tabrak, Aryana pun mempercepat jalannya ke kamar mandi. Sampainya di kamar mandi, Aryana bergumam lagi "huh! Untung gue lari cepet tadi! Kalo enggak, gue bakalan nyesek banget ngedenger curhatan si Serra!"
"Aryanaaaaa~ where are you..?" kata seseorang dibalik pintu kamar mandi
"Mampus gue?! Itukan Serra!!!" gumam Aryana. Aryana hanya terdiam.
"Gue tau lo disini Na!" kata Serra "Okey.. Gue bakalan tetep curhat! Jadi.. Kemaren setelah lo pulang tuh.. Gue kencan gitu sama si Ryan..." kata Serra sambil bersandar di pintu kamar mandi yang didalamnya ada Aryana. Aryana sontak menutup telinganya, namun tetap saja curhatan Serra masih terdengar "...Pas kencan dia bilang kalo.. Dia suka sama gue! Gue kaget Na dengernya! Tapi seneng sih.." kata Serra. Aryana pun lagi-lagi menangis dan keluar dari kamar mandi, lalu lari ke kelasnya. Saat di kelas, kebetulan ada Fella yang sedang mencari Aryana. Akhirnya, Aryana menceritakan semuanya lagi. Serra yang mendengar dibalik tembok kelas hanya tertawa sinis mendengarnya. Licik!
Sepulang sekolah..
"Na!" kata seseorang. Aryana menengok, ternyata Ryan. Aryana membuang muka "Na! Lo kenapa?" kata Ryan sambil memegang bahu Aryana
"Diem deh lo!" kata Aryana
"Lah?" Ryan bingung. Aryana kembali berjalan bersama gerombolan teman-temannya. Saat di jalan Aryana bertemu dengan Rachel dan Rinda.
"Hai na!" kata Rachel dan Rinda
"Eh" kata Aryana yang hanya menengok
"Eh, kalo gak salah gebetan lo direbut Serra ya?" kata Rachel to the point
"Kata siapa? -_-" kata Aryana
"Emang udah nyebar kali! Gue dikasih tau sama Serra!" kata Rinda
"Bener tuh! Kata Serra, dia yang berani ngerebut gebetan lo!" kata Rachel
"Hah? gosip doang kok Chel, Rin. Eh, gue duluan ya, bye!" kata Aryana yang selalu mengelak.
Aryana dalam posisi yang benar-benar serba salah. Aryana rasanya ingin marah ke semua anak. Tapi rasanya itu mustahil.
Seminggu, dua minggu, tiga minggu.. Aryana seperti orang stres. Pikirannya sangat banyak. Sebenarnya hanya satu, karna cinta. Tapi Aryana tidak menguasai pikiran itu. Dan sekarang Aryana jatuh sakit.
"Na.. Cepet sembuh yaa.. Gue ada disamping lo terus kok.." kata Ryan yang menjenguk Aryana. Aryana hanya terdiam dan hanya melihat ke satu titik. Seakan-akan pandangannya kosong. Ryan mengelus-elus tangan Aryana sambil sedikit mengeluarkan air mata. Tiba-tiab seseorang datang "Yan. Tinggalin Aryana sendirian. Dia butuh istirahat" Fella. Ya, kata Fella. Ryan beranjak dari kursi dan meninggalkan Aryana, namun sebelumnya Ryan membisikan Aryana "Gue sayang sama lo Na, sembuh please" bisik Ryan. Hanya satu perubahan yang terjadi dari Aryana, ya. Aryana meneteskan setitik air mata.
Sepulangnya dari menjenguk Aryana..
"Haii Ryaan.." kata Serra
"Apa?" kata Ryan
"Jutek banget u,u" kata Serra
"Iyaiaya... Ada apa Serraaaaaa???" kata Ryan
"Hehehe, abis darimana lo?" kata Serra
"Jenguk Aryana" kata Ryan. Singkat.
"Ngapain dijenguk? Emang bakal sembuh dia?" kata Serra
"Hus! Jaga omongan lo Ser!" kata Ryan
"Kok lo ngebelain dia sih?!" kata Serra
"Tau lah!" kata Ryan sambil pergi meninggalkan Serra.
Aryana sakit. lantas siapa yang akan menjadi tokoh utama penggantinya?Hm-_-
Setiap pulang sekolah, Fella selalu datang menjenguk Aryana. Mengajak bercanda Aryana, walau hanya pandangan kosonglah balasannya. "Woy na! Tau gak? Tadi tuh Ryan nanyain lo mulu tau!" kata Fella. Lalu Fella terdiam memperhatikan bola mata Aryana yang terlihat basah "Na? Lo abis nangis ya?" lanjut Fella. Sekarang Aryana mulai berkedip "Na?! Jawab na!!" kata Fella sambil menggoyangkan badan Aryana, sontak Aryana langsung memeluk Fella. Aryana terlihat seakan-akan habis membawa beban banyak yang berat. Matanya basah lagi karna air matanya. "Gue tau apa yang lo rasain Na! Tapi lo gaboleh kayak gini! Lo kayak orang gila tau gak!" kaat Fella sambil memeluk erat Aryana. Aryana hanya membalas dengan tangisannya yang semakin lama semakin kencang "Udah gaboleh nangis lagi!" kata Fella. Tangisan Aryana mulai sedikit demi sedikit berhenti.
Besok, Aryana masuk ke sekolah dan mendapat gosip gosip yang menusuk sekali. tapi Aryana tidak peduli. Kembali ke tekad awal Aryana, kalau Aryana ingin menjadi orang yang tidak gampang terhasut dan percaya diri. Aryana berjalan disamping Fella. Memasuki gerbang sekolah. Sampai akhirnya bertemu dengan Serra 'lagi'.
"WOW! Sembuh juga lo? Gue kira lo gak bakal sembuh!" kata Serra
"Thanks udah comment gitu, yuk jalan Fel" kata Aryana ringan. Serra hanya memandang dengan tampang membingungkan.
"Ar.. Ary.. Arya.. Aryanaa..? Lo udah sembuh!?" kata Ryan sambil memegang lengan Aryana. Aryana hanya menjawab dengan anggukannya lalu berjalan lagi. Hari itu Aryana tampak tidak ada beban sama sekali, Aryana seakan merasa bebas sekali. Ternyata nasihat-nasihat Fella dijalankan juga oleh Aryana. Sampai akhirnya Aryana kembali ceria seperti dulu. Sekarang Aryana mulai kembali pada kehidupan awalnya, tawa canda, senyumannya, semuanya sudah kembali berkat Fella dan Ryan. Ya. Mereka berdua sekongkol membuat Aryana senang. Sampai akhirnya..
"Eh lo?! gausah sok akrab lo sama Ryan!" kata Serra melabrak Aryana
"Tau lo! Sok banget sih!" kata Rachel
"Inget ya! Ryan tuh cuman suka sama SERRA! Bukan lo!" kata Rinda sambil menampar Aryana. Dengan cepatnya Aryana berkata "Lo semua bukan siapa-siapa gue, lo gak berhak marahin gue kayak gini. Inget tuh. GAK BERHAK DAN GAK AKAN PERNAH" kata Aryana sambil pergi meninggalkan Rachel, Serra dan Rinda. Serra tidak terima Aryana berkata seperti itu, Serra mengejar Aryana dan menarik lengan Aryana kemudian Serra menampar Aryana. Aryana pun mendorong Serra sambil berkata "Ngapain lo nampar-nampar gue!?" keadaan di jalanan itu mendung, sangat gelap. "Karna lo gak berhak ngomelin gue!! SOK JAGOAN!!" kata Serra sambil menjambak rambut Aryana dan terjadilah pertengkaran. Petir menggelegar datang silih berganti. Hujan turun namun Serra dan Aryana tetap pada posisi yang sama, ya, berdebat. Entah apa yang mereka bicarakan. Petir mengalahkan suara mereka. Serra mendorong Aryana hingga sampai terjatuh ke tengah jalan yang becek karna air hujan. Disamping itu, saat Aryana mau bangun dan membalas, truk besar menghantam badan mungil Aryana. Ya. Terjadi kecelakan. Serra hanya menganga melihat kejadian seperti itu. Aryana terpelanting dari tempat dia ditabrak. Terdengar dari belakang Rachel dan Rinda teriak bersamaan "SERRA!!" Serra menengok. Rachel mengisyaratkan untuk kabur, Serra pun mengikutinya. Aryana jatuh terlentang di jalan raya. Orang-orang menolongnya, Ryan yang baru menyadari adanya kecelakaan pun berlari ke arah Aryana dan langsung menggotongnya ke Rumah Sakit.
"Halo Fella?!" kata Ryan yang sedang ada di Rumah Sakit bermaksud menghubungi Fella
"Kenapa Yan?"
"Aryana masuk Rumah Sakit! Dia kecelakaan! Kata orang yang ngeliat sih dia berantem sama anak cewek! Gue rasa sih Serra!" kata Ryan
"Hah? Iya iya gue langsung ke Rumah Sakit sekarang!" kata Fella mengakhiri telponnya. Sampainya di Rumah Sakit, Aryana sudah masuk ruang ICU. Dikatakan bahwa kondisi Aryana sempat membaik tetapi tiba-tiba menurun lagi, kepalanya terkena benturan kencang dan harus diperiksa kembali agar tidak terjadi apa-apa.
"Aduhh... Aryanaaaa... Baru aja lo sembuh.." kata Fella yang memandangi Aryana dari luar
"PASTI KERJAANNYA SERRA INI!!!" kata Ryan yang tadinya menunduk, sekarang mengangkat kepalanya sambil mengepalkan tangannya.
"Sabar Yan! Gue gamau tau tentang Serra dulu! Kondisi Aryana lagi genting gini soalnya!" kata Fella. Saat itu suster yang ada di dalam ruang ICU keluar dan berlari-lari kecil, kemudian kembali membawa dokter yang berlari. Fella tau ada apa-apa didalam sana, Ryan juga begitu. namun mereka hanya terdiam satu sama lain melihat Aryana yang paru-parunya sedang dipompa. Dokter keluar dengan muka pasrahnya "Hm. Ada yang bernama.. ryan?" kata dokter trsbt "Saya dok" kata Ryan, dokter membawa Ryan menjauh dari Fella. Setelah itu dokter bilang "Aryana menyebutkan nama anda terus. Sampai terakhir nafasnya dia bilang 'Serra jahat'" Kata dokter menjelaskan, yang berarti Aryana sudah tidak ada lagi. Ryan meneteskan air matanya dan memeluk Fella yang ada di depan pintu ICU "ke.. kenapaa.. Yaann..?" tanya Fella
"Aryana... Aryana... Udah.. Gak ada..." kata Ryan. Fella ikut menangis. Mereka berdua dan anggota keluarga Aryana pun membawa jenazah Aryana ke rumahnya.
Ryan hanya bisa memojokan dirinya dekat tembok *asekkk galaaau~* sesekali dia menyebutkan nama Serra, seakan-akan Serra lah yang salah. Ryan bangun dari duduknya dan pergi ke rumah Serra untuk meminta tanggung jawab atas apa yang dia lakukan ke Aryana.
"Eh.. Ryaaaann~" kata Serra yang ingin memeluk Ryan, tapi Ryan menyikutnya dan berkata "Lo apain Aryana?! Belom cukup lo nyakitin dia waktu dulu?! Sekarang dia udah gak ada lo puas?! Ketawa lo?!" kata Ryan sambil mendorong Serra
"Hah? Ar.. Aryana? Meninggal?" kata Serra pura-pura shock
"Sok gatau lagi lo!! Gue laporin lo!!" kata Ryan mengancam
"Eh eh! Buktinya apa kalo gue yang bikin Aryana meninggal?!" kata Serra yang masih bisa mengelak
"Mau buktinya lo?! Nih dengerin!!" kata Ryan sambil membuka handphonenya. Terdengar suara Rachel disana. Ya, Ryan merekam suara Rachel "Aduhh.. Gue takut nih! Gue sama Rinda kan jadi saksi kalo Serra yang udah ngebunuh Aryana! Takut gue~" kata Rachel dalam rekaman tersebut. "Kurang jelas?" kata Ryan "apa perlu di ulang lagi? Oke." lanjut Ryan "Ehh ehh, gausah!" kata Serra "Iya! Gue ngaku! Gue ngedorong dia sampe ditabrak sama truk!" kata Serra mengaku "Oke! Lo ikut gue ke kantor polisi!" kata Ryan sambil menarik lengan Serra. Serra hanya bisa memasang muka takutnya. Ryan mengantarkan Serra ke kantor polisi dan menyerahkan Serra ke pihak berwajib. Rachel dan Rinda lah saksinya.
Berminggu-minggu telah berlalu setelah sepeninggalan Aryana. Namun perasaan Ryan tetap saja tidak enak karna Aryana sudah benar-benar tidak ada dalam hidupnya. Ryan dan Fella diundang ke rumah Aryana oleh ibunya Aryana untuk membantu membongkar kamar serba birunya Aryana.
"Sini masuk" kata Ibunya Aryana
"Iya tante" kata Fella dan Ryan
"Kalian bongkar aja kamar Aryana ya.. Siapa tau ada barang yang pernah Aryana pinjam tapi belum dikembalikan" kata Ibunya Aryana. Ryan dan Fella pun masuk ke dalam kamar yang serba biru itu. terlihat foto-foto Aryana yang masih sangat ceria, ada juga foto berempat dengan Rachel, Rinda, Serra, dan Aryana. Disamping itu ada foto yang sedikit disembunyikan, tapi masih kelihatan oleh Ryan. Ya. Foto Ryan yang sedang mengobrol dengan temannya. Ryan hanya bisa tersenyum melihat itu.
"yan, lo mau mulai dari mana?" tanya Fella
"Umm.. Mungkin dari box biru itu" kata Ryan sambil menunjuk kotak biru yang agak besar. Ryan mengeluarkannya dari kolong meja belajar Aryana. Kotak tersebut penuh debu. Saat Ryan membukanya, ternyata itu isinya adalah kenangan-kenangan manis bersama Ryan dulu. Masih saja Aryana simpan. Lagi-lagi Ryan hanya tersenyum. Sementara Fella asyik membuka buku harian Aryana.
"Eh Yan! Liat! Ada nama lo di buku hariannya Aryana!" kata Fella
"Hah? Mana mana?" kata Ryan. Tertulis disitu :
"Hai diary..Hari ini gak kayak biasanya! Iya! Gue ketemu sama mantan gue yang paaaalliinnggg gue sayang! Ryan Azriel. Anaknya oke banget sih. Tapi gue putus karna dia nyimpen perasaan sama sahabat gue. Nyebelin kan-_- Tapi gatau kenapa gue malah gak bisa ngelupain dia. Walaupun dia udah nyakitin gue berkali-kali...." inti dari cerita dalam buku harian Aryana. Ryan tersenyum sambil menyeka airmatanya.
"Gue kangen lo Na.." kata Ryan
"Sabar yan.. Gue juga sama.." kata Fella. Tertulis lagi di halaman belakang buku harian Aryana..
"...1-11-11 only memories in my life..." dan terdapat foto Ryan yang sedang tersenyum di halaman belakang buku harian Aryana, ada tulisan dibalik foto itu "...Ryan Azriel. My love forever. And will never be replaced..." lagi-lagi Ryan menangis membaca tulisan yang artinya "Ryan Azriel. Cintaku selamanya. Dan tidak akan pernah tergantikan"
"Gue nyesel pernah nyakitin dia dulu" kata Ryan. Fella hanya mengelus-elus bahu Ryan.

Dan.. Ini kah rasanya? Seseorang yang hanya ingin menghargai perasaan orang lain. Namun dia tersakiti. Seseorang yang hanya ingin merasakan damainya dunia. Namun dia hanya menikmati kesengsaraan didunia ini.
Aryana only requires sincere affection of all people. Respect other people's feelings if you want to be appreciated. Don't ever get caught up in romance problems.


Thank's for reading!
Dhiya Prana Widya