9/23/11

Story of Avreilla Vanneisa


Aku bertemu dengan seorang perempuan yang menurutku memang cantik. Matanya sipit ketika tersenyum, kulitnya putih seputih gading, bibirnya manis saat berbicara, dan rambutnya tergerai indah. Sepertinya dia tampak ramah. Dan aku mencoba mendekatinya bermaksud ingin mengenalnya. "Hai" kataku tanpa rasa malu untuk mengenalnya, dia pun menengok dan tersenyum dengan manis. "Hai juga" sapanya. Aku pun ikut duduk disampingnya "Nama kamu siapa?" tanyaku membuka percakapan "Zara. Gladiola Zara. Kamu?" tanyanya "Avreilla Vanneira. Panggil aja Vella ;)" jawabku "Nama yang bagus!" kata Zara, memujiku "Terimakasih. Namamu juga bagus" kataku. Aku dan Zara terdiam sejenak. Sekarang dia yang membuka percakapan "Kamu dari kelas berapa?" tanyanya "Hmm.. 7.2, kamu?" tanya balikku "7.5" jawabnya. Aku sekolah di SMP 1 Jakarta. "Triinnggg" bel berbunyi tanda masuk. "Aku duluan ya Vel" kata Vella "Oh iya! Salam kenal yaa :)" kataku. Aku pun berjalan ke arah kelasku.

***

Pelajaran pertama hari ini adalah Seni Budaya. Pelajaran yang memalaskan menurutku. "Hari ini kita akan belajar melukis. Silahkan kalian siapkan alat-alat lukis yang Ibu suruh bawa minggu lalu" kata Bu Dian. Aku mengeluarkan kuas, cat, dan palet dari tasku. Bu Dian pun membagikan sebuah kanvas kecil untuk murid-murid. "Kalian bebas melukis apa saja di kanvas tersebut. Ibu kembali 1 jam lagi dan Ibu harap kalian sudah selesai mengerjakannya" kata Bu Dian "Iya, Bu" jawab murid-murid serentak. Bu Dian meninggalkan kelas dan kelas pun menjadi ramai. Ada yang langsung melukis, ada yang ngobrol, dan ada yang meminta cat. Aku memilih diam sejenak untuk memikir apa yang akan ku lukis. Dan terfikir dalam benakku (alaaah) aku ingin menggambar seorang perempuan yang sedang duduk. Aku memulai menggambar dengan pensil, gambar pun selesai. Sekarang tinggal mewarnainya. Yap! Aku tinggal mewarnai bagian kakinya.. Aku pun bersemangat. Saking bersemangatnya aku sampai menumpahkan cat berwarna biru muda ke kanvas temanku, Atrixa! "Eh? Aduh! Maaf yaa maaf, aku gak sengaja!" kataku "Addduuuhhh... Lo gimana sih?! Ini tuh lukisan gue yang udah bagus malah lo rusak gini!! Gue gamau tau! Lo harus balikin lukisan gue kayak tadi, titik!!" Atrixa pun marah "Sorry, aku gak sengaja.." aku membela diri "Gue gak peduli!! Sini lukisan lo!!" Atrixa mengambil lukisanku dan menumpahkan cat merah 1 botol. "ATRIXA!!" aku pun teriak "Rasain lo! Lagian ngerusak lukisan gue!!" Atrixa kembali dan memperbaiki lukisannya. Aku geram dengannya! Aku mencoba memperbaikinya di menit terakhir. Bu Dian pun kembali ke kelasku "Baik, sekarang lukisan kalian dikumpulkan ke depan. Selesai tidak selesai hrus dikumpulkan!" kata Bu Dian. Aku mempercepat lagi. "Ibu hitung sampai 3, atau yang tidak mengumpulkan tidak akan mendapat nilai!" kata Bu Dian. Aku mempercepat memperbaikinya lagi! "1.." kata Bu Dian menghitung, aku melihat kesekelilingku yang lain berlari mengumpulkan. Aku lebih cepat melukisnya dan mencampur warna kuning dan hijau. "2.." Bu Dian melanjutkan hitungnya.. Aku lebih cepat lagi dan... SELESAI! "3! Kumpulkan!" Kata Bu Dian. Aku berlari dan memberi lukisan itu ke Bu Dian. "Oke. Hasilnya akan Ibu bagikan minggu depan. Selamat siang" kata Bu Dian sambil berjalan ke arah luar kelas. Kelas kembali ramai. Aku mencoba membersihkan cat yang tumpah dimejaku. Dan dengan sengaja Atrixa menumpahkan cat sisa ke arah seragam putih-biruku. "AAAAAA!!!" Aku kembali berteriak yang ke 2 kalinya. Cat hijau mengalir di rok ku. Aku mengambil tisu dan mencoba membersihkannya. "Hahahahahaha" aku mendengar suara tertawa dari arah genk Atrixa. Jahat!

***

Aku keluar kelas dan berlari ke kamar mandi. Aku membersihkan cat hijau itu dari rokku. Sayang sekali, hasilnya tidak mempan! Aku sedikit mengeluarkan airmata dan mencoba mengahpus cat itu dari rokku. Hasilnya sama saja. Tidak hilang. Aku keluar dari kamar mandi dengan keadaan menangis. Aku berjalan dan menabrak seseorang "Eh? Maaf" kataku menunduk sambil menghapus airmata "Vella?" kata seseorang yang berasa di depanku, aku pun mengangkat mukaku dengan berat "Zara?" kataku. Ternyata itu Zara "Kamu kenapa?" tanya Zara, aku pun menceritakan semuanya ke Zara "Ohh, Atrixa anaknya yang mana sih? Nanti aku aduin ke wali kelas kamu!" kata Zara membelaku "Jangan! Nanti masalahnya gak bakal selesai-selesai" kataku melarang " tapi dia udah kelewatan Vel! Kamu mau diginiin terus sama dia?" kata Zara menasihatiku "Iya iyaa.. Aku ngerti.. Tapi aku gamau masalah ini jadi ngelibatin kamu juga.. Aku takut kamu juga kena dimasalah ini.." kataku "Oke, aku ngerti. Tapi aku gak tega ngeliat kamu kayak gini.. Dia gak berhak numpahin cat itu ke kamu! Harusnya kamu bela diri kamu dong!" Kata Zara "Hmm.. Udah yaa, ini masih jam pelajaran aku.. Aku harus ke kelas. Bye" Kataku sambil berjalan.

***

Aku pun masuk ke kelas dengan menunduk. Aku tau pasti sudah ada guru di kelasku. "Hei! Kamu!" kata seorang guru yang ada di kelas ku, aku mengangkat kepalaku dengan berat. Ternyata itu Pak Rei. "Dari mana kamu?!Pergi dijam pelajaran ke 2?!" tanya Pak Rei sambil membentak "Sa.. Saya.. Da.. Da.. Dari.." jawabku terbata-bata "Jawab yang jelas!!" Kata Pak Rei mengageti seluruh murid di kelas "Dari kamar mandi pak." Kata ku menjawab "Kamar mandi? Kenapa kamu tidak izin dulu?!" tanya Pak Rei " mmm.." aku bingung mau jawab apa. Aku takut salah kalau menceritakan semua ke Pak Rei. "JAWAB!!" kata Pak Rei. Aku kaget dan langsung menjawab "saya sudah kebelet pak!" kataku berbohong "Apa itu?!" tanya Pak Rei. Ternyata Pak Rei melihat rokku yang kotor karena cat yang ditumpahkan Atrixa. Aku pun menunduk. "Mungkin dia abis main di lapangan kali Pak! Jadi roknya kotor gitu!" Aku mendengar suara Atrixa yang lantang itu. "Apa benar Vella?!" tanya Pak Rei "Rok Vella kotor karena ditum,pahkan cat sama Atrixa, Pak!" Aku mendengar lagi suara keras itu. Tapi aku yakin itu bukan Atrixa, aku mengikuti arah suara itu. Dan ternyata itu... ZARA!! "Siapa kamu?" Tanya Pak Rei ke arah Zara "Saya Zara dari kelas 7.5 pak. Vella sudah menceritakan semuanya
ke saya, Atrixa yang sudah membuat rok Vella kotor, Pak." jelas Zara panjang lebar "Apa benar Vella? atrixa?" Tanya pak Rei. Aku mengaguk dan Atrixa menjawa "GAK!! Anak itu bohong Pak!" kata Atrixa. "Sudah sudah!! Kamu, kamu dan kamu! Ikut bapak ke kantor" Pak Rei menujuk Aku, Atrixa dan Zarra. Pak Rei membawa kami ke kantor dan menginterogasi kami. "Bapak tidak suka anak pembohong, kalau diantara kalian ketauan ada yang berbohong bapak tidak segan-segan mengantarkan kalian ke kantor kepala sekolah!" jelas Pak Rei. "Vella! Jelaskan semuanya!" kata Pak Rei. Aku pun menceritakan semuanya dengarn rasa takut. Tapi jawaban dari Atrixa sama saja, dia tidak mengaku. Aku pun dipulangkan lebih awal karena seragamku yang kotor itu.

***

Setibanya di rumah, aku mendapatkan message dari nomor yang tidak ku kenal isinya :
Awas aja kalo lo nyeritain semuanya ke Pak Rei! Lo bakalan jadi sasaran gue!! Inget itu!! -Atrixa-
Ternyata sms itu dari Atrixa. Aku merasa terancam karena Zara meneritakan semua ke Pak Rei. Aku gak tau besok adalah hari yang bagaimana. -_- Setelah itu aku berbaring di atas kasurku, aku pun tertidur. Aku terbangun karna mendengar ketukan pintu dari bibi "Neng.. Neng Vellaa...!!" kata Bibi, aku pun bangun dan membuka pintu kamarku yang semua isinya berwarna 'biru'. "Kenapa sih Bi? Aku ngantuk nih.. Hoaaaammm.." kataku "Maaf neng.. Itu, ada temen eneng di bawah" kata Bibi "HA? Siapa bi?!" tanya ku kaget "Bibi gatau neng.." jawab Bibi. Aku segera ke bawah dan aku melihat seorang perempuan duduk dengan rambut tergerai. Sepertinya aku kenal dia. "Siapa ya?" tanya ku, dia pun menengok "Hah? Zara? Kamu tau rumah ku dari mana?" kataku sambil duduk di sofa "Aku nyari alamat kamu di perpus tadi." Kata Zara "Ohh. Emang ada apa sih? Kok kamu kesini?" tanyaku "Hmm.. Gini, tadi Atrixa bilang ke aku 'kalo lo mau Vella selamat lo harus bilang ke Pak Rei kalo gue gak salah' gitu" kata Zara menjelaskan "Oh" kata ku tidak kaget " 'Oh'? Kamu gak takut?" tanya Zara "Aku juga dapet sms kok dari Atrixa, dia juga ngancem aku" kata ku menjelaskan "Sorry ya Vel, gara aku kamu jadi kena sasarannya si Atrixa" kata Zara "Gapapa kok!" Kataku. Dan Zara pun pulang. Aku kembali ke ruang biruku, ya. Kamar ku.

***

Besoknya di sekolah...
(prok prok prok) satu anak tepuk tangan sendiri "wel wel wel ada yang udah sok jagoan disini! Ngaduin gue ke Pak Rei! Sampe gue hampir mau di skors!" kata Atrixa, aku diam saja "Heh lo! Mau lo apa sih?! Lo jangan jadi jagoan deh disini!" Kata Atrixa sambilmenjenggut rambutku. "WOI! KALO BERANI LAWAN GUE! JANGAN DIA!!" ada seorang anak yang berteriak, Zara. Atrixa melepaskan jenggutannya "Ohh, ada 2 jagoan yaa disini! LO! Jangan sok ngebela-belain Vella deh!!" Kata Atrixa sambil berjalan ke arah Zara, akupun mengikuti Atrixa "Kenapa? Masalah gitu? Lo kali yang ngerasa sok jago! Berani-beraninya numpahin cat ke Vella! Tapi gak mau ngaku! PENGECUT!!" kata Zara, berani. "Sialan lo!!" Kata Atrixa sambil menjenggut rambut Zara, Zara pun menjenggut rambut Atrixa "Udah udah!!" kata ku melerai, Zarra dan Atrixa melepaskan jenggutannya. "Kalian tuh bukan anak kecil lagi! Yang cuman bisa adu bacot doang! Kita selesaiin masalah ini secara sportif dong! Gausah pake acara jenggut-jenggutan segala!" kataku, aku udah mulai berani ngomong sekarang "Alaaah! Gausah kasih gue nasehat deh! BASI TAU!!" kata Atrixa "Eh lo! Beraninya ngancem orang! Giliran udah di samperin lo diem!!" kata Zara ikutan "UDAH!!" aku mulai teriak lagi "Triiingggg" bel berbunyi tanda masuk sekolah. "Kalo berani! Ketemu gue pas pulang sekolah, di Lapangan!! Gue hajar lo!!" Kata Atrixa mengajak ribut. :O

***

Saat istirahat, Vella dan Zara bercakap-cakap.. "Zar, gak usah ladenin omongannya si Atrixa deh.. Omongannya tuh gak berguna tau!" Kataku "Hah? Kamu mau ngalah gitu aja? Kamu mau dibilang 'pengecut' lah apa lah cuman karna kita gak 'iyain' omongan dia?" Kata Zara naik darah "Bukan gitu Zar.. Aku gak mau masalah kita tambah banyak cuman karna kamu naik darah gini.." kataku "Kita lihat aja nanti!" kata Zara yang langsung saja pergi. Aku gak mengira perempuan yang aku temui beberapa hari yang lalu adalah seorang yang gampang naik darah.
Saat pulang sekolah..
Aku gak ketemu sama Zara waktu pulang sekolah. Waktu aku ke kelasnya, dia gak ada dan kata temannya Zara cepet-cepet pergi gak tau kenapa. Aku pun pulang sendirian. Saat aku melintasi koridor, aku melihat Zara sedang duduk di mimbar sekolah. "Zar?" sapa ku, dia hanya menengok dan kembali berkonsentrasi dengan sekelilingnya "Zar? Kamu marah sama aku?" tanyaku ingin tahu, sekarang Zara gak menoleh atau menjawab "Zar! Jaw.." omonganku terputus ketika aku melihat Atrixa dan genk nya datang menghampiri aku dan Zara. Yaampun! Aku baru sadar kalau Atrixa kan.. Zara pun berdiri. Melihat Atrixa membawa banyak sekutu Zara pun berkata "Kalau kamu by one sama gue!" kata Zara berani "Oke! Lo pikir gue takut?" kata Atrixa "Ya iyalah! Buktinya lo ngebawa 'genk' lo itu! Pengecut!" kata Zara "Apa kata lo?! Pengecut!!? Eh! Tanya ya ke temen lo itu! Yang punya masalah tuh dia bukan elo! Kenapa jadi lo yang ribut sama gue?!! TEMEN LO TUH YANG PENGECUT!!" kata Atrixa. Aku kaget dan mulai memajukan badan ku "Gue ngalah. Bukan berarti gue kalah" kataku dengan halus, tetapi menyakitkan, Zara mulai menonjok mata Atrixa dengan genggaman tangannya. Mungkin Zara mulai geram "Sialan lo!!" kata Atrixa, aku hanya diam melihat Atrixa dan Zara bertengkar dengan kekerasan. Aku hanya tidak mau terlibat dengan pertengkaran itu. Aku melihat Zara terjatuh setelah perutnya terkena pukulan keras Zara. Aku pun berfikir 2 kali. Zara sudah membantuku dalam masalah ini. Mengapa aku harus diam. Aku pun berlari mendekati Zara yang sedang terjatuh "Zar! Kamu gapapa?!" tanya ku panik "Vel.. Aaa.. ww.. Ituu..." kata Zara, tapi aku gak ngerti dia ngomong apa "Apa Zar? Mana yang sakk.." BUUUKKKKK!!! Pundakku jadi sasaran Atrixa. Ya. Dia memukulku dengan besi besarnya. Aku terjatuh pingsan. "VELLA!!" kata Zara berteriak. Aku pun mulai tidak sadar.

***

Aku belum terbangun dari pingsanku seminggu yang lalu. Ya, aku koma. Zara selalu mendampingiku saat aku di Rumah Sakit. "Vella.. Maafin aku yaa Vel.." kata-kata Zara terdengar samar. Tiba-tiba aku mulai sesak nafas, tidak tau kenapa. Dokter pun datang dan memompa paru-paruku. Aku tambah sesak. Dan aku merasa kaki dan tanganku kaku. Tiba-tiba aku mulai tidak bisa bernafas dan... Aku tidak ingat apa-apa lagi. Aku hanya mendengar tangisan Zara yang tiada henti. Mendengar tangisan Ayah dan Ibu. Mendengar tangisan dari semua orang yang ada disana. Ya. Avreilla Vanneisa meninggal.

***

Aku dibawa ke rumah dengan ambulan. Dan aku mendengar do'a-do'a yang dibacakan semua orang di rumahku. Aku melihat Zara masih menangis, sepertinya dia merasa bersalah karena dia yang membuat ku masuk Rumah Sakit. Dan aku juga melihat.. Atrixa! Ya! Dia memakai pakaian serba hitam dengan motif bunga mute. Dia mendekati mayatku dan berkata pelan "innailahiwainnailahiroji'un" Sebenarnya aku masih sangat dendam padanya. Aku tidak peduli dia memohon maaf dengan bagaimanapun. Aku dimakamkan esokan harinya aku dimakamkan pukul 11.00 siang. Aku mendengar kata hati Zara yang berkata "gue bales lo Atrixa!!"

***

Besoknya Zara pergi dari rumahnya menuju sekolah. Dia berangkat dengan rasa geram campur sedih. Batinnya hanya berkata "Atrixa Ayoona liat pembalasan gue!!!" setiap langkahnya batinnya selalu berkata seperti itu. Sampainya di sekolah, Zara pergi ke kelas 7.2 ya. Kelas ku dan Atrixa. "MANA LO ATRIXA!!" kata Zara tanpa rasa takut. Atrixa menoleh dengan malas. Dengan segera Zara langsung mencekik leher Atrixa "LO BAKAL NGERASAIN APA YANG VELLA RASAIN!!" kata Zara. Atrixa merasa kesakitan dan badannya langsung melemas seketika. Atrixa tewas ditempat. Karena Zara. "APA LO, GUE RELA DIPENJARA ASALKAN GUE UDAH NGEBALES DENDAM KE ATRIXA!!" kata Zara dan langsung pergi. Dia menyerahkan diri ke kepala sekolah, dan kepala sekolah menyerahkan Zara ke kantor polisi.

THE END

*Cerita ini tidak nyata*