8/2/13

Broken Skateboard

SPONSORED BY THE OWNER//DHIYA WIDYA

      "Selamat ulang tahun, sayang!", ujar seorang wanita yang berdiri di depan pintu rumah lelaki yang pada hari itu menginjak usia 17 tahun. Wanita itu membawa sebuah kue ulang tahun yang terdapat lilin angka 1 dan 7 diatas kuenya. Lelaki itu pun sontak terkejut saat membuka pintu dan mendapati kekasihnya telah berdiri dibalik pintu rumahnya tengah malam.

      Ini adalah ulang tahun keduanya yang lelaki itu rayakan bersama kekasihnya. Tahun lalu, lelaki berwajah khas Jawa ini mendapati sebuah hadiah berupa papan skate baru dari kekasihnya. Si wanita ini memang tahu benar apa kegemaran kekasihnya, yaitu bermain skateboard. Kali ini, si wanita membelikan sebuah sepatu skate yang sudah lama si lelaki idam-idamkan. Saat si lelaki mengetahui bahwa di dalam sebuah kotak biru yang diberi oleh kekasihnya ini terdapat sepasang sepatu skate, si lelaki mendaratkan kecupan hangat tepat di dahi si wanita. Ucapan terimakasih tak pernah berhenti dari bibir si lelaki kepada si wanita. Malam itu begitu mesra, hingga akhirnya mereka lupa... Itu sudah terjadi sekitar 3 bulan yang lalu..


      Satu bulan setelah ulang tahun si lelaki, si lelaki ini disibukan dengan berlatih skate untuk kompetisi dua minggu yang akan datang. Si wanita sangat setia menemani si lelaki berlatih, tak jarang si wanita mengikuti kekasihnya ini ke tempat si lelaki berlatih. Saat si lelaki terjatuh, si wanita membantu membangunkannya dengan kata-kata penyemangat untuk menyemangati si lelaki. Saat si lelaki mulai lelah, si wanita selalu memberikan kata-kata kesejukan untuk menumbuhkan semangatnya lagi. Saat si lelaki putus asa, si wanita selalu mengingatkan bahwa dia pasti bisa jika berusaha. Kepalan tangan si wanita meninju langit, berusaha membuat kalimat penyemangat agar si lelaki semakin yakin bahwa dia bisa.
      Hari kompetisi pun tiba. Si lelaki membawa papan skatenya di tangan kirinya, mengenakan sepatu pemberian kekasihnya, dan menggandeng erat tangan kekasihnya di tangan kanannya. "Do'akan aku ya..", kata si lelaki saat ingin berkompetisi, "Do'aku selalu menyertaimu, sayang..", kata si wanita dengan kepalan tangan untuk menyemangati kekasihnya. Si lelaki memberikan kecupan di pipi si wanita, kemudian berlari ke tempat dia siap untuk mewujudkan impiannya.
      Kini giliran si lelaki, saatnya dia menunjukan bakatnya. Si lelaki melambung bersama papan skate pemberian kekasihnya, dia terus berkonsentrasi sambil mengingat semua kata-kata kekasihnya yang selalu setia memberinya semangat. Tak disangka, si lelaki adalah juaranya. Si lelaki sangat senang, kepalan tangannya meninju udara. Teriakannya mengiri kemenangannya. Dilihatnya ke arah kiri, ada seorang wanita duduk dengan melemparkan senyuman manis kearah si lelaki yang membuatnya semakin berjaya. Oh, ternyata wanita itu bukanlah kekasihnya, kekasihnya ada disebalah kanan. Duduk dibangku supporter sambil terus meneriaki nama kekasihnya dengan semangat. Dibalasnya senyuman kekasihnya itu dengan sekedarnya.

      Dua bulan setelah ulang tahun si lelaki, si lelaki mulai cuek dengan kekasihnya. Tak ingin terlalu banyak berbicara dan sering kaget ketika menerima telepon saat bersama kekasihnya. Kekasihnya berusaha berfikir positif, tak ingin berfikir macam-macam tentang kekasihnya. Namun semakin hari, si lelaki semakin sering menghilang dan menghindar dari kekasihnya. Berbagai mulut tak bertanggung jawab telah membuatkan gosip yang sampai ke telinga si wanita. Namun si wanita tak menggubrisnya, dia lebih percaya pada kekasihnya dan terus berpegang teguh pada rasa kesetiaannya.
      Malam itu si lelaki berjanji kepada kekasihnya untuk makan malam disebuah kafe. Anehnya, si lelaki tak menawarkan si wanita untuk berangkat bersama ke tempat yang dia tuju. Si wanita pun berangkat sendiri ke kafe yang dimaksud kekasihnya. Hari itu, si lelaki hanya mengabarkan bahwa dia akan datang tepat jam 7 malam. Namun ini sudah jam 9 malam, kafe ini sudah mau ditutup dan si wanita masih terus duduk menunggu kehadiran si lelaki. Si lelaki tak kunjung datang, si wanita pun pulang.

      Esok harinya, si wanita mengunjungi rumah si lelaki. Berdiri di depan pintu rumah si lelaki, seperti dua bulan yang lalu saat si lelaki berulang tahun. Namun bedanya, kali ini si wanita tak membawa sebuah hadiah atau kue ulang tahun. Melainkan membawa rasa cemas dan khawatirnya kepada si lelaki yang tak kunjung memberinya kabar.
      "Kamu ngapain kesini?!", kata si lelaki saat melihat si wanita berdiri dibalik pintu rumahnya.
"Aku... Aku... Cuma mau tau kabar kamu doang, kok...", kata si wanita dengan kepala sedikit menunduk.
"Aku baik-baik saja, kamu lihat sendiri kan?!", kata si lelaki dengan angkuhnya
"Umm.. Kemarin......", belum sempat si wanita meneruskan kata-katanya, si lelaki sudah memotongnya duluan.
"Kemarin aku gak bisa datang, karena aku sibuk!", kata si lelaki dengan nada sedikit membentak.
"Tapi... Apa kamu gak bisa ngabarin aku..?", kata si wanita, bernada ketakutan.
"Ah, buat apa aku ngabarin kamu, kalau kamu sendiri tahu aku disini baik-baik saja?!", kali ini si wanita tak berani menjawab, "Sudah sana pulang!", kata si lelaki mengusir kekasihnya. Si wanita pun berbalik badan dan berjalan perlahan.
"Tunggu!", kata si lelaki yang kemudian masuk ke dalam rumahnya. Si wanita terlihat bingung dan mengira-ngira mengapa si lelaki menahan langkahnya.
Takkkkk!!!
"Kita putus.", kata si lelaki setelah mematahkan papan skate yang diberi kekasihnya tahun lalu. Si lelaki masuk ke dalam rumahnya, ada wanita lain di dalam rumahnya yang memaksanya masuk ke dalam. Si wanita terkejut dan hanya bisa memegangi papan skate yang baru saja si lelaki patahkan.

      Si lelaki telah menemukan wanita lain yang menurutnya lebih layak menjadi kekasihnya. Rasa si lelaki kepada wanita si mantan kekasihnya ini telah memudar ketika bertemu dengan wanita yang baru saja dia temui di kompetisi satu bulan yang lalu. Si lelaki lupa daratan, dia bisa memenangkan kompetisi tersebut berkat adanya kalimat penyemangat yang setia wanita si mantan kekasihnya ini berikan. Wanita yang kini menjadi kekasihnya, memang lebih segala-galanya dari wanita si mantan kekasihnya.
      Satu bulan setelah si lelaki menjalin hubungan dengan wanita yang kini menjadi kekasihnya, ada kompetisi lagi yang harus dia ikuti. Si lelaki pun mulai berlatih lagi, ditemani dengan kekasih barunya. Namun saat si lelaki terjatuh, si wanita yang kini menjadi kekasihnya malah mendorongnya kembali ke tanah dengan perkataan kasar. Saat si lelaki mulai lelah, si wanita yang kini menjadi kekasihnya malah memanaskan hatinya dengan kata-kata "Bodoh!". Saat si lelaki mulai putus asa, si wanita yang kini menjadi kekasihnya malah mengancamnya, jika si lelaki tak terus berlatih dan mendapatkan juara maka si wanita akan memutusinya.

      Sifat wanita yang kini menjadi kekasihnya memang sangat berbeda dengan sifat wanita si mantan kekasihnya. Tak jarang perlakuan kasar dan membudaki si lelaki sering dilakukan oleh wanita yang kini menjadi kekasihnya. Saat itu si lelaki harus berlatih skate, namun si wanita memintanya untuk menjemputnya di mall yang berkilo-kilo meter jauhnya dari tempatnya berlatih. Si wanita marah, tak ingin mengangkat telepon dari si lelaki kalau si lelaki belum menjemputnya. Dengan berat hati, si lelaki menuruti kemauan si wanita. Mengarungi jarak berkilo-kilo meter jauhnya hanya untuk menjemput kekasihnya. Si lelaki dibudaki kekasihnya sendiri.

      Hari kompetisi pun tiba. Si lelaki memegang papan skate barunya yang diberi kekasihnya ditangan kanannya, memakai sepatu skate yang diberi kekasihnya baru-baru ini, dan menggenggam erat tangan kekasihnya di tangan kirinya. "Do'akan aku ya..", kata si lelaki yang sama persis dilakukannya saat 3 bulan yang lalu, "Ah, sudahlah! Cepat sana kamu ke tempat kompetisi!!", namun jawabannya berbeda dengan 3 bulan yang lalu. "Heh, ingat ya! Kalau kamu gak memenangkan kompetisi ini, kita putus!", lanjut kekasihnya, si lelaki berlalu begitu saja dengan rasa kesal tak terbendung.
      Kini giliran si lelaki menunjukan bakatnya. Namun pikiran dan rasa kesalnya menguasai kepalanya, sehingga si lelaki tak bisa berkonsentrasi dan terus menerus terjatuh dari papan skatenya. Kekasihnya yang harusnya menyemangati, malah mengancamnya dengan kata-kata tak seronok. Tak disangka, ternyata pemenangnya bukan si lelaki. Dilihatnya ke arah kiri, tempat kekasihnya duduk, sama seperti 3 bulan yang lalu si lelaki melihat si wanita di tribun kiri. Si wanita melihat si lelaki dengan tatapan sinis kemudian berlalu begitu saja dari tempatnya duduk.

      Si lelaki baru menyadari, wanita yang menjadi kekasihnya saat ini hanya memanfaatkannya saja. Si lelaki hanya menjadi bahan taruhan si wanita. Si lelaki teringat dengan si wanita mantan kekasihnya yang selalu setia dan tulus menyemangatinya. Si lelaki pun mengunjungi rumah si wanita yang sempat mengisi keputus asaannya dengan kata-kata penyemangat.
      "Kamu... Ada apa kesini?", kata si wanita yang kaget mendapati mantan kekasihnya berdiri dengan sebuah papan skate baru di tangan kirinya. Si lelaki tak berkata apa-apa, langsung memeluk tubuh mungil si wanita. Kemudian menceritakan semua yang telah terjadi. Si lelaki mengajak si wanita untuk kembali membuka lembaran baru. Si wanita pun masuk ke dalam rumahnya dan keluar dengan sebuah papan skate yang telah dirusak si lelaki namun ada perekat ditengahnya.
      "Kamu tahu, cinta kita ini seperti papan skate yang kamu patahkan beberapa bulan yang lalu..", kata si wanita, "Walaupun kita sudah berusaha memperbaikinya dengan merekatkan kedua bagian papan skate ini....."

Taaaakkk!!
"....tetap saja akan rusak jika kita gunakan..", kata si wanita setelah menaiki papan skate yang telah direkatkannya dengan perekat. "Walaupun cinta memiliki kesempatan-kesempatan yang baru, tetap saja kesempatan-kesempatan berikutnya tak sesempurna kesempatan yang pertama", ujar si wanita. Si lelaki menelan ludahnya dan beberapa waktu kemudian dia mengangkat kaki dari rumah si wanita. Si lelaki sudah tahu jawabannya apa, tak ada kesempatan yang lain.