2/9/13

Pernah Indah

"Apa yang harus kita lakukan pada kenangan yang memaksa untuk terus diingat?"


Hati yang terus memaksakan untuk kembali mengingat kenangan dulu, dan pikiran yang terus memberontak akan pemaksaan hati ini. Memang saling bertolak belakang. Namun apa salahnya jika kita ingin melupakan kenangan-kenangan yang pernah indah dulu? Bibir kita memang berbicara, tapi hati kita yang lebih tau segalanya.
Kadang orang yang berusaha untuk melupakan, biasanya suka menghayal waktu yang berjalan lebih cepat, dan menyesalkan kejadian yang telah berlalu. Menyesal memang selalu datang belakangan, kalo menyesal datang diawal, gimana alur ceritanya? Tuhan memang adil, menciptakan sesuatu dengan berpasangan, seperti penyesalan yang selalu ada diakhir cerita dan.... Seperti kita.....dulu. Kita memang punya garis hidup masing-masing. Dan dulu kita pernah saling bersinggungan..... Walau bersifat sementara.

Kenangan yang ada dalam pikiran gue semakin memaksa untuk keluar. Dan lagi-lagi, gue menutup celah pikiran gue yang sedikit terbuka. Semakin hari celah yang terbuka semakin besar, sampai akhirnya gue gak sanggup lagi buat menutup semua celah. Kenangan-kenangan gue yang sudah lama terpendam pun keluar begitu saja. Seakan-akan pikiran gue telah men-setting untuk memutarkan waktu ke masa lalu. Sedikit demi sedikit pikiran gue mengeluarkan rekaman-rekaman yang dulu pernah terjadi, gue sebut, kenangan kita.
Langit-langit kamar gue yang menjadi saksi bisu tempat keluarnya rekaman-rekaman kenangan kita. Lama-kelamaan rekaman-rekaman itu menghilang, berubah menjadi tetesan air mata. Penyesalan pun kini datang lagi, berkali-kali gue gak sanggup untuk menutupi celah kenangan kita, dan berkali-kali juga gue merasakan penyesalan yang tiada akhirnya.
Itu sebabnya. Itu sebabnya gue enggan kembali mengingat kenangan kita dulu. Iya, karena gue lelah menyesali semua yang sudah berakhir. Karena gue tau, penyesalan gak membuat semua kembali seperti semula.

Orang yang berhasil melupakan kenangannya dengan cepat, biasanya cuma punya 2 alasan.
  • Yang pertama, orang itu gak mau ambil susah. Mereka lebih memilih untuk mencari pengganti ketimbang harus membuang-buang air matanya dengan sia-sia. Buat apa menangisi dan menyesali semua yang sudah berakhir? Penyesalan bukan untuk ditangisi, tapi dipelajari. Namun terkadang orang-orang terlalu mudah terhasut akan kenangannya sendiri, sehingga tidak mampu mengendalikan perasaannya sendiri.
  • Yang kedua, orang itu hanya mengobralkan sayangnya. Dia pernah bilang sayang banget sama lo? Tapi dia yang ninggalin lo? Dia pernah mengucap janji sama lo? Tapi dia juga yang mengingkari? Dia pernah bilang lo adalah the one and only? Tapi kata-kata itu juga di copy-paste untuk orang lain? Dia pernah bilang sama lo kalo dia gak bisa hidup tanpa lo? Tapi setelah putus dia masih hidup? Fix, dia adalah si pengobral cinta.